Monday 1 August 2011

MEMORI MASA LALU part 1

Mengapa Jadi Ke Pesantren?

Tahun 2005 kujejakkan kakiku di bumi pertiwi Ar-Raudhatul Hasanah. Aku tak mengerti apa yang membuatku bisa masuk kesini. Padahal aku baru sekali melihatnya. Hari-hari pertama yang ku lalui pun tidak mudah. Seminggu di pondok, aku langsung jatuh sakit. Ibuku yang tidak tega mendengar kondisiku langsung berencana membawaku pulang ke rumah. Namun, pesantren tidak mengizinkan hal itu terjadi. Alasannya cuma satu. Saat ini  pesantren sedang mengadakan Khutbatul Arsy. Saat itu aku bertanya-tanya dalam hati. Untuk apa sih Khutbatul Arsy dilaksanakan? Empat tahun berikutnya, saat aku duduk di kelas 4, aku baru menyadari akan pentingnya Khutbatul Arsy bagi santri/wati. Bukan hanya untuk anak baru, melainkan juga untuk anak lama. 

Begitu juga dengan makanan dan minuman. Sungguh aku tak menyangka kalau aku akan menjalani hidup sesedih ini. Lauk ikan yang sisiknya belum dibersihkan, tempe yang kadang terselip belatung, sampai ikan asin yang rasanya sungguh berbeda dengan yang kurasakan di rumah. Namun, disinilah letak pendidikan pesantren yang ku dapat beberapa tahun kemudian. Pesantren mengajarkan santri/watinya agar bisa merasakan penderitaan yang dialami oleh fakir miskin. Pesantren mendidik santri/watinya agar selalu mensyukuri apa yang di dapat. Alhamdulillah aku masih bisa makan dengan tenang. Bagaimana dengan mereka yang berada di pinggiran jalan sana?

Namun dibalik itu semua aku mendapatkan sebuah pendidikan yang langsung kualami saat pertama kali resmi menjadi santri. Aku ditempatkan di sebuah asrama yang terdiri atas 5 kamar. Aku sendiri sekamar dengan 15 orang yang berasal dari beragam daerah. Inilah pendidikan ukhuwah islamiyah yang juga merupakan salah satu panca jiwa pesantren. Sebuah pendidikan yang mungkin takkan pernah kudapatkan jika aku sekolah di luar pesantren.

to be continued...

Arwandi Harahap

No comments:

Post a Comment