Wednesday 7 December 2011

DOWNLOAD OST PETUALANGAN SHERINA

Bagi anda yang sudah menonton film musikal Petualangan Sherina, pasti sudah mendengar kemerduan suara dari Sherina Munaf. Nah, masih pengen dengerin suaranya kan? Melalui blog ini, saya akan coba membantu teman-teman semua untuk menemukan lagu-lagu Sherina yang ada pada film tersebut. Mau? Langsung klik link yang ada di bawah.







Saturday 3 December 2011

PETUALANGAN SHERINA MOVIE DOWNLOAD

Masih ingat dengan Petualangan Sherina? Drama musikal yang diperankan oleh Sherina ini berhasil menarik perhatian banyak kalangan di Indonesia pada tahun 2000. Biasanya sih di setiap liburan filmnya ditayangkan ulang di televisi. Tapi mungkin sekarang kita sudah gk bisa liat lagi filmnya. Nah, bagi yang mau nonton filmnya lagi, nih saya ada link downloadnya.

klik link di bawah ini
 part1 part2.


Selamat menikmati...^_^

Tuesday 29 November 2011

Sweet Memory with RAIWA NASYID

Dari Kebetulan Menjadi Profesi

Kata "kebetulan" mungkin pantas disematkan kepada diriku saat masuk dunia nasyid. Betapa tidak. Dulunya aku sangat bosan setiap kali melnyaksikan penampilan dari nasyid. Kampungan, jadul, dan banyak ungkapan-ungkapan lainnya yang sering kulontarkan. Namun, siapa sangka pada akhirnya aku justru menjadi bagian dari RAIWA NASYID.

Kejadian itu terjadi pada saat aku duduk di kelas V KMI eRHa. Fahri yang merupakan vokalis RAIWA memberitahukan bahwa telah diadakan seleksi untuk perekrutan personil RAIWA yang baru. Entah mengapa saat itu aku bertanya, "Ri, untuk keyboard udah ada yang daftar belum?" Lantas Fahri menjawab, "belum. Kalo mau besok datang aja ke tempat latihan." Aku sendiri tidak tahu mengapa pertanyaan itu terlontar. Maklum, aku belum mengenal bermain keyboard sebelumnya. Jangankan memainkannya, memegangnya saja belum pernah. Akhirnya kuturuti apa yang dikatakan Fahri.

Keesokan harinya aku ikut ke basecamp latihan. Layaknya seperti rang yang baru mengenal sesuatu, aku hanya terpaku melihat akhi Radiansyah memainkan keyboard. Saat melihat kedatanganku, dia bertanya tujuan kedatanganku. Maka kujawab apa adanya. Akan tetapi, dia menolak keras keinginanku. Dia mengatakan bahwa ini bukan masaku lagi. Kontan jawabannya membuatku sedikit down. Namun, Fahri terus meyakinkan diriku dan terus menyuruhku untuk datang saat mereka latihan. Lama-kelamaan, hatinya luluh juga. Akhi Radiansyah mengizinkanku sebagai kadernya.

Personil RAIWA NASYID 2010S
Saat itulah aku bisa menikmati keindahan seni nasyid. Iringan musiknya terasa menyejukkan hati jika dihayati. Aneh memang. Dulunya dibenci, sekarang dicintai. Saat itu aku langsung membuat target pertama, masuk ke tim inti RAIWA NASYID yang akan mewakili Raudhah ke Pospeda-SU 2010 yang dilaksanakan di Tapanuli Tengah. Namun, takdir Allah berkehendak lain. Usth. Cholidah selaku manajer tim memilih personel dari kelas 6. Alhamdulillah aku tetap bisa pergi ke Pospeda-SU. Bukan sebagai pemain nasyid, melainkan menjadi  utusan Raudhah Pos untuk peliputan berita-berita terkini tentang Pospeda-SU. Dokumentasi berita-berita seputar Pospeda-SU dapat anda lihat disini.

The Five Famoust RAIWA NASYID's Personil
Personil RAIWA NASYID 2011

Bersama salah satu personil RAIWA NASYID 2010

Saturday 8 October 2011

Memory Masa Lalu Part 3

Tahun Pertama di RH, Prestasi Silih Datang

     Tak terasa setengah tahun sudah aku di pesantren. Suka duka selalu mewarnai hidupku di pondok. Hingga tibalah saat-saat menegangkan dalam hidupku, ujian semester ganjil. Ada sedikit perbedaan yang kurasakan saat menghadapi ujian pertama di pondok. Pesantren menerapkan ujian lisan sebelum ujian tulisan agar para santri tidak hanya mahir secara tulisan, tapi juga mampu menjawab serta menjelaskan secara lisan sehingga ilmu yang didapatkan benar-benar melekat dalam diri santri. Selain itu, ujian lisan juga berguna untuk menguji sampai di level mana mental seorang santri. Sehingga nantinya bagi mereka yang merasa mentalnya masih kurang dapat termotivasi untuk meningkatkannya. Hal ini tentunya juga membantu santri agar nantinya saat menghadapi wawancara seperti pada saat melamar pekerjaan tidak lagi merasa canggung ataupun gugup.

     Ujian tulisan pun tak kalah menariknya. Pengawasan saat ujian sangat berbeda dengan ujian di SD dulu. Bahkan, bisa dikatakan pengawasan ujian di pesantren lebih ketat daripada pengawasan ujian saat Ujian Nasional. Betapa tidak. Walaupun hanya 2 ustadz/ah yang mengawasi di dalam 1 ruangan, pengawasan tidak pernah lengah. Maka dari itu saya terkejut pada saat panitia pelaksana ujian membacakan laporannya, ada beberapa santri/wati yang disebutkan telah melakukan pelanggaran pada saat ujian. Subhanallah. Sungguh ini merupakan pendidikan yang sangat baik diterapkan. Dengan cara seperti ini, santri akan lebih dituntut untuk menyelesaikan sesuatu tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain.

     Ujian berakhir. Akan tetapi pesantren tidak memberikan santri berlibur di rumah. Dengan sangat berat hati, kami pun menerimanya dengan lapang dada. Namun, bukan berarti kami hanya diam di pesantren. Kebetulan hari raya Idul Adha bertepatan saat liburan kami. Saat itu pula pesantren disibukkan dengan berbagai kegiatan seperti qurban dan berbagai perlombaan. Alhamdulillah aku mendapatkan kepercayaan dari asramaku untuk mengikuti kompetisi Scrabble. Aku sempat gugup melihat para lawanku karena aku yakin mereka memiliki kemampuan bahasa Inggris di atasku. Namun, dengan ucapan basmalah,semuanya kuhadapi dengan senang hati. Pada babak pertama, aku berhasil menduduki peringkat kedua dan berhak maju ke final. Di babak final, lawanku semakin berat karena hanya aku yang duduk di kelas 1. Tanpa mengharapkan sesuatu yang lebih, aku tetap optimis menjalani pertandingan. Sempat berada di peringkat 2, akhirnya aku harus puas berada di peringkat 3. Alhamdulillah, sebuah kebanggaan karena itu merupakan prestasi pertamaku di pesantren.

     Sejak petandingan itu pula, aku semakin tergila-gila dengan Scrabble. Teraktualnya, aku datang setiap sore ke bagian bahasa untuk bermain. Bahkan lawan-lawanku semakin bervariasi dan rata-rata mereka dari kelas 6. Kadang menang dan kadang kalah. Begitulah setiap hari liburku di pesantren kulewati dan aku pun sangat menikmatinya.

     Dua minggu masa liburan semester ganjil berlalu. TIbalah saatnya untuk memulai semester genap. Satu hal juga ditunggu-tunggu oleh santri/wati, pembagian rapor. Aku cukup deg-degan saat rapor akan dibagikan. Sebelumnya, kami dikumpulkan terlebih dahulu di masjid untuk acara pembukaan semester genap. Disana juga diumumkan santri/wati yang memperoleh beasiswa atas prestasiya di semester ganjil. Dalam hati aku juga cukup berharap agar namaku terpanggil. Namun, takdir Allah berkata lain. Aku belum diberi kesempatan mencicipi beasiswa. Aku tidak terlalu kecewa karena aku yakin persaingan di pesantren amat ketat. Akan tetapi, Allah mempunyai rencana lain untukku. Aku mendapatkan nilai tertinggi di kelas. 8,42. Itulah rata-rata nilaiku di semester pertama. Alhamdulillah syukur kepada Allah kuucapkan atas prestasi ini. Walaupun beasiswa belum kuraih, setidaknya aku berhasil menunjukkan bahwa aku bisa bersaing di pesantren. Alhamdulillah...

Wednesday 3 August 2011

HYMNE OH PONDOKKU

Oo.. Pondokku
Tempat naung kita
Dari kecil sehingga dewasa
Rasa bathin damai dan sentosa
Dilindungi Allah Ta'ala
Oo.. Pondokku
Engkau berjasa
Pada ibuku Indonesia

Tiap pagi dan petang
Kita beramai sembahyang
Mengabdi pada Allah Ta'ala
Di dalam kalbu kita
Wahai pondok tempatku
Laksana ibu kandungku
Nan kasih serta sayang padaku
Oo.. Pondokku
I...bu...ku...

Monday 1 August 2011

MEMORY MASA LALU part 2

Awal Mula Mendalami Bahasa Arab

Hadza kitabun! Ma hadza?
Teriakan itu masih membekas di hatiku saat Ust. Ahmad Nasihin, wali kelasku saat kelas 1, mengajari kami untuk bisa berbahasa Arab. Seketika kami semua mengikuti apa yang diucapkannya dengan lantang. Bukan untuk memamerkan suara, akan tetapi agar setiap kata yang dilafalkan langsung menempel dalam ingatan. Metode ini juga diterapkan saat pemberian kosakata setelah shalat shubuh setiap harinya. Berkat metode ini, alhamdulillah aku dapat menghapal banyak kosakata yang kemudian memudahkanku dalam memahami setiap percakapan yang menggunakan bahasa Arab.

Ada lagi pendidikan yang cukup mengesankan saat aku masih menjadi santri aktif (walaupun sudah alumni, label santri tidak akan pernah lepas dari siapapun yang telah merasakan kehidupan santri). Shalat berjama'ah 5 waktu tidak sepenuhnya dilaksanakan di masjid kecuali untuk para mudabbir dan pengurus OPRH yang berasal dari kelas 5 dan 6. Bagi santri dari kelas 1 s/d kelas 4, shalat berjama'ah di masjid hanya diikuti pada shalat shubuh, ashar, dan maghrib. Sisanya diadakan di asrama masing-masing. Tujuannya adalah agar setiap orang dapat belajar menjadi imam dan mu'adzin. Biasanya pengurus asrama membuat jadwal imam di tiap-tiap kamar. Jadi, setiap orang akan mendapatkan giliran menjadi imam. Metode pendidikan ini sangat bermanfaat bagiku. Karenanya, aku sudah bisa menjadi imam saat liburan walaupun hanya dalam keluarga.

Berbicara soal masjid, aku punya sebuah pengalaman di Raudhah.Saat usiaku di Raudhah baru mencapai sebulan, masjid Jami' Raudhah mengalami renovasi setelah seorang hamba Allah menginfakkan hartanya untuk menyulap lantai masjid yang dulunya hanya semen menjadi keramik. Semua kegiatan di masjid pun dihentikan untuk sementara waktu. Termasuk shalat berjamaah dan hal itu berlangsung hampir sebulan lamanya. Wah! Kalau diingat-ingat jadi tersenyum sendiri. Sebulan kemudian, saat renovasi masjid telah dilaksanakan, kegiatan shalat berjama'ah pun kembali dilaksanakan. Subhanallah! Sungguh indah masjid ini. Ternyata bukan hanya lantainya yang direnovasi. Lampu-lampunya pun ikut direnovasi. Jadi, saat malam tiba, masjid jadi terlihat lebih terang dari yang sebelumnya.

to be continued....


Arwandi Harahap

MEMORI MASA LALU part 1

Mengapa Jadi Ke Pesantren?

Tahun 2005 kujejakkan kakiku di bumi pertiwi Ar-Raudhatul Hasanah. Aku tak mengerti apa yang membuatku bisa masuk kesini. Padahal aku baru sekali melihatnya. Hari-hari pertama yang ku lalui pun tidak mudah. Seminggu di pondok, aku langsung jatuh sakit. Ibuku yang tidak tega mendengar kondisiku langsung berencana membawaku pulang ke rumah. Namun, pesantren tidak mengizinkan hal itu terjadi. Alasannya cuma satu. Saat ini  pesantren sedang mengadakan Khutbatul Arsy. Saat itu aku bertanya-tanya dalam hati. Untuk apa sih Khutbatul Arsy dilaksanakan? Empat tahun berikutnya, saat aku duduk di kelas 4, aku baru menyadari akan pentingnya Khutbatul Arsy bagi santri/wati. Bukan hanya untuk anak baru, melainkan juga untuk anak lama. 

Begitu juga dengan makanan dan minuman. Sungguh aku tak menyangka kalau aku akan menjalani hidup sesedih ini. Lauk ikan yang sisiknya belum dibersihkan, tempe yang kadang terselip belatung, sampai ikan asin yang rasanya sungguh berbeda dengan yang kurasakan di rumah. Namun, disinilah letak pendidikan pesantren yang ku dapat beberapa tahun kemudian. Pesantren mengajarkan santri/watinya agar bisa merasakan penderitaan yang dialami oleh fakir miskin. Pesantren mendidik santri/watinya agar selalu mensyukuri apa yang di dapat. Alhamdulillah aku masih bisa makan dengan tenang. Bagaimana dengan mereka yang berada di pinggiran jalan sana?

Namun dibalik itu semua aku mendapatkan sebuah pendidikan yang langsung kualami saat pertama kali resmi menjadi santri. Aku ditempatkan di sebuah asrama yang terdiri atas 5 kamar. Aku sendiri sekamar dengan 15 orang yang berasal dari beragam daerah. Inilah pendidikan ukhuwah islamiyah yang juga merupakan salah satu panca jiwa pesantren. Sebuah pendidikan yang mungkin takkan pernah kudapatkan jika aku sekolah di luar pesantren.

to be continued...

Arwandi Harahap