Saturday 8 October 2011

Memory Masa Lalu Part 3

Tahun Pertama di RH, Prestasi Silih Datang

     Tak terasa setengah tahun sudah aku di pesantren. Suka duka selalu mewarnai hidupku di pondok. Hingga tibalah saat-saat menegangkan dalam hidupku, ujian semester ganjil. Ada sedikit perbedaan yang kurasakan saat menghadapi ujian pertama di pondok. Pesantren menerapkan ujian lisan sebelum ujian tulisan agar para santri tidak hanya mahir secara tulisan, tapi juga mampu menjawab serta menjelaskan secara lisan sehingga ilmu yang didapatkan benar-benar melekat dalam diri santri. Selain itu, ujian lisan juga berguna untuk menguji sampai di level mana mental seorang santri. Sehingga nantinya bagi mereka yang merasa mentalnya masih kurang dapat termotivasi untuk meningkatkannya. Hal ini tentunya juga membantu santri agar nantinya saat menghadapi wawancara seperti pada saat melamar pekerjaan tidak lagi merasa canggung ataupun gugup.

     Ujian tulisan pun tak kalah menariknya. Pengawasan saat ujian sangat berbeda dengan ujian di SD dulu. Bahkan, bisa dikatakan pengawasan ujian di pesantren lebih ketat daripada pengawasan ujian saat Ujian Nasional. Betapa tidak. Walaupun hanya 2 ustadz/ah yang mengawasi di dalam 1 ruangan, pengawasan tidak pernah lengah. Maka dari itu saya terkejut pada saat panitia pelaksana ujian membacakan laporannya, ada beberapa santri/wati yang disebutkan telah melakukan pelanggaran pada saat ujian. Subhanallah. Sungguh ini merupakan pendidikan yang sangat baik diterapkan. Dengan cara seperti ini, santri akan lebih dituntut untuk menyelesaikan sesuatu tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain.

     Ujian berakhir. Akan tetapi pesantren tidak memberikan santri berlibur di rumah. Dengan sangat berat hati, kami pun menerimanya dengan lapang dada. Namun, bukan berarti kami hanya diam di pesantren. Kebetulan hari raya Idul Adha bertepatan saat liburan kami. Saat itu pula pesantren disibukkan dengan berbagai kegiatan seperti qurban dan berbagai perlombaan. Alhamdulillah aku mendapatkan kepercayaan dari asramaku untuk mengikuti kompetisi Scrabble. Aku sempat gugup melihat para lawanku karena aku yakin mereka memiliki kemampuan bahasa Inggris di atasku. Namun, dengan ucapan basmalah,semuanya kuhadapi dengan senang hati. Pada babak pertama, aku berhasil menduduki peringkat kedua dan berhak maju ke final. Di babak final, lawanku semakin berat karena hanya aku yang duduk di kelas 1. Tanpa mengharapkan sesuatu yang lebih, aku tetap optimis menjalani pertandingan. Sempat berada di peringkat 2, akhirnya aku harus puas berada di peringkat 3. Alhamdulillah, sebuah kebanggaan karena itu merupakan prestasi pertamaku di pesantren.

     Sejak petandingan itu pula, aku semakin tergila-gila dengan Scrabble. Teraktualnya, aku datang setiap sore ke bagian bahasa untuk bermain. Bahkan lawan-lawanku semakin bervariasi dan rata-rata mereka dari kelas 6. Kadang menang dan kadang kalah. Begitulah setiap hari liburku di pesantren kulewati dan aku pun sangat menikmatinya.

     Dua minggu masa liburan semester ganjil berlalu. TIbalah saatnya untuk memulai semester genap. Satu hal juga ditunggu-tunggu oleh santri/wati, pembagian rapor. Aku cukup deg-degan saat rapor akan dibagikan. Sebelumnya, kami dikumpulkan terlebih dahulu di masjid untuk acara pembukaan semester genap. Disana juga diumumkan santri/wati yang memperoleh beasiswa atas prestasiya di semester ganjil. Dalam hati aku juga cukup berharap agar namaku terpanggil. Namun, takdir Allah berkata lain. Aku belum diberi kesempatan mencicipi beasiswa. Aku tidak terlalu kecewa karena aku yakin persaingan di pesantren amat ketat. Akan tetapi, Allah mempunyai rencana lain untukku. Aku mendapatkan nilai tertinggi di kelas. 8,42. Itulah rata-rata nilaiku di semester pertama. Alhamdulillah syukur kepada Allah kuucapkan atas prestasi ini. Walaupun beasiswa belum kuraih, setidaknya aku berhasil menunjukkan bahwa aku bisa bersaing di pesantren. Alhamdulillah...